Minggu, 13 Mei 2012

Akhlak


A.   PENGERTIAN AKHLAK

            Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliqخَالِقٌ    yang berarti pencipta, demikian pula dengan Makhluqun مَخْلُوْقٌ yang berarti yang diciptakan.1
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk.
Ibnu Athir menjelaskan bahwa “Hakikat makna khuluq itu ialah gambaran bathin manusia ( jiwa dan sifat-sifatnya ), sedangkan khalqu merupakan gambaran jasmani manusia tersebut.”2
Kata akhlak sering diidentikkan dengan kata kholqun (bentuk lahiriyah) dan Khuluqun (bentuk batiniyah), jika dikaitkan dengan seseorang yang bagus berupa kholqun dan khulqunnya, maka artinya adalah bagus dari bentuk lahiriah dan rohaniyah. Dari dua istilah tersebut dapat kita pahami, bahwa manusia terdiri dari dua susunan jasmaniyah dan batiniyah.
Untuk jasmaniyah manusia sering menggunakan istilah kholqun, sedangkan untuk rohaniyah manusia menggunakan istilah khuluqun. Kedua komponen ini memilih gerakan dan bentuk sendiri-sendiri, ada kalanya bentuk jelek (Qobi’ah) dan adakalanya bentuk baik (jamilah).
Akhlak yang baik disebut adab. Kata adab juga digunakan dalam arti etiket, yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar mereka. 

Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut: “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlalu lama)”3
Imam Ghazali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut: “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan rasio dan norma agama, dinamakan akhlaq baik. Tetapi manakala ia melahirkan suatu tindakan buruk, maka dinamakan akhlaq buruk”.4
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”5
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain.

Prof. KH. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.6
Jadi, pada hakekatnya Akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah menetap dalam jiwa dan kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa pemikiran.
Akhlak disebut juga sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa.
Selanjutnya, menurut Abdullah Dirroz, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifetasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi 2 syarat, yaitu :
1.      Perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan.
2.      Perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi jiwanya, bukan karena adanya tekanan-tekanan yang dating dari luar, seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah, dsb.
Dalam berakhlakul karimah, Rasulullah SAW adalah panutan yang paling tepat, karna Beliau mempunyai akhlak yang sangat mulia.
            “ Dan engkau Muhammad, sungguh memiliki akhlak yang agung ” . (QS. Al-Qalam: 4)
Karena Rasulullah pun diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
“Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak (mulia).” (Al-Hadits)

B.   ISTILAH LAIN DARI AKHLAK

Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti Adat kebiasaan.7 Didalam Ensiklopedia pendidikan bahwa Etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk.
Menurut Drs. Hamzah Ya’kub yang dimaksud Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan anak perbuatan manusia yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Moral
Moral berasal dari bahasa Latin “mores” yaitu bentuk jamak dari “Mos” yang berarti adat kebiasaan.
Kesusilaan
Kesusilaan berasal dari kata Susila yang berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Su dan Sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan Susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya oleh karena itu yang dimaksud kesusilaan adalah membimbing manusia agar hidup sopan sesuai dengan norma-norma tata susila.
Persamaan antara ilmu akhlak, etika dan moral adalah sama-sama menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk, sedangkan perbedaannya terletak pada tolak ukurnya, dimana akhlak tolak ukurnya adalah akal pikiran sedangkan norma/moral tolak ukurnya adalah kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.

C.   MACAM-MACAM AKHLAK

            Ada 2 (dua) penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: akhlak mahmudah (karimah) dan akhlak mazmumah (qabihah). Di samping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan juga istilah “munjiyat” untuk akhlak mahmudah dan “muhlihat” untuk yang mazmumah.
Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal system pembinaan mental, dengan istilah: Takhalli, tahalli dan tajalli.
Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat-sifat tercela itulah yang dapat mengotori jiwa manusia. Dan tahalli adalah mengisi jiwa (yang telah kosong dari sifat-sifat tercela) dengan sifat-sifat  yang terpuji (mahmudah).
            Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pengosongan atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, hingga akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”, yakni tersikapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi.
Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela disebut dengan akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak mazmumah dilahirkan oleh sifat-sifat mazmumah.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, akhlaq baik bersumber dari taqwa kepada Allah, semakin kuat taqwa seseorang, semakin baik pula akhlaqnya. Taqwa kepada Allah mendorong manusia untuk selalu berbuat baik terhadap-Nya, hingga ia dapat mencintai-Nya. Sedangkan akhlaq baik mendorong manusia untuk selalu berkomunikasi baik terhadap sesame manusia, lalu ia dapat mengajak manusia untuk saling mencinta.8
Sedangkan keburukan akhlaq seseorang, dapat dipengaruhi oleh bawaan buruk dan lingkungan sosial yang tidak menguntungkan perkembangan kejiwaannya, baik lingkungan rumah tangganya, sekolah, dan masyarakatnya.9
Oleh karena itu sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa sikap dan tingkah laku yang lahir adalah merupakan cermin/ gambaran daripada sifat/kelakuan batin.
           Beberapa akhlak mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf, disenangi, menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih sayang, murah hati, tolong menolong, damai, persaudaraan, menyambung tali persaudaraan, menghoranati tamu, merendahkan diri, berbuat baik, menundukkan diri, berbudi tinggi, memelihara kebersihan badan, cenderung kepada kebaikan, merasa cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah lembut, bermuka manis, kebaikan, menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan diri kepada Allah, berjiwa kuat dan lain sebagainya.
    Sedangkan yang termasuk dalam akhlak mazmumah, antara lain: egoistis, lacur, kikir, dusta, peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut, aniaya, dosa besar, pemarah, curang, culas, mengumpat, adu domba, menipu, memperdaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat, homosex, ingin dipuji, ingin didengar kelebihannya, makan riba, berolok-olok, mencuri, mengikuti hawa nafsu, boros, tergopoh-gopoh, membunuh, penipuan, dusta, berlebih-lebihan, berbuat kerusakan, dendam, merasa tidak perlu pada yang lain dan lain sebagainya yang menunjukkan sifat-sifat yang tercela.

D.   PENTINGNYA PERANAN AKHLAK
Manusia dianugerahkan Allah berupa akal pikiran, dan karenanya membedakannya dengan makhluk lainnya, yaitu mempunyai 2 jalur hubungan. Jalur pertama, adalah jalur hubungan vertical, yakni hubungan manusia sebagai ciptaan dengan Allah SWT yang menciptakan. Jalur kedua, adalah jalur hubungan horizontal, yakni hubungan antar manusia dengan sesamanya. Kedua jalur hubungan tersebut harus dipelihara dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian maka akan diperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Dalam Islam, kedua jalur tersebut diatur dalam “Akhlak”. Oleh karena itu, maka akhlak adalah sangat penting bagi manusia dan juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan perorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan dalam kehidupan bernegara.10
            Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilanglah derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia, dan turunlah ke derajat binatang. Bahkan tanpa akhlak, manusia akan lebih hina, lebih jahat dan lebih buas dari binatang buas. Dan manusia yang demikian ini adalah sangat berbahaya. Oleh karena itulah kalau suatu Negara yang masing-masing manusianya sudah tidak berakhlak, maka kehidupan bangsa dan masyarakat tersebut menjadi berantakan.
Untuk mewujudkan akhlaq yang mulia, manusia harus mengetahui batasan-batasan perilaku dan sikap, yang baik ataupun yang buruk, serta cara mengikuti dan menjalani nilai-nilai tersebut, sehingga menjadi sebuah kegemaran dan kebiasaan.
 Untuk mengetahuinya, kita perlu mempelajari Ilmu Akhlaq.

Mansur Ali Rajab menyampaikan kembali definisi Ilmu Akhlaq yang pernah dikemukakan oleh al-Bustani yang mengatakan:
“Ilmu tentang nilai-nilai yang baik, lalu mengetahui cara-cara mengikutinya, agar manusia (dapat menggunakannya) untuk berbuat baik. Dan (Ilmu) tentang nilai-nilai yang buruk, lalu (mengetahui) cara-cara menjauhinya untuk membersihkan diri dari padanya.”11
Dengan bekal Ilmu Akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan maksud dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsisi yang sebenarnya.12
Diantara manfaat mempelajari Ilmu Akhlak antara lain:
1.      Memberikan pengetahuan kepada manusia tentang kriteria baik dan buruk, lalu memberikan tuntunan tentang cara yang terbaik untuk melakukan perbuatan baik, serta cara yang terbaik untuk menjauhi perbuatan buruk.
2.      Untuk menanamkan sikap pada diri manusia bahwa perbuatan baik dapat memperoleh kebaikan hidup, sedangkan perbuatan buruk dapat menyengsarakannya.
3.      Bersedia berbuat kebaikan, kapan dan dimana saja bila dibutuhkan. Dan bersedia menghindari perbuatan buruk, kapan dan dimana saja, untuk menjaga dan memelihara agamanya, masyarakatnya, dan dirinya.13
Dengan mengamalkan tuntunan dalam Ilmu Akhlaq, maka manusia diharapkan melakukan perbuatan yang mulia (akhlakul karimah), dan memperoleh kebahagiaan bathin, baik di dunia maupun di akhirat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar